Pada hari Sabtu tanggal 29 Oktober yang baru lalu telah diresmikan pendirian HPI Komisariat Daerah Jawa Timur yang diselenggarakan bersamaan dengan Seminar Nasional, “Profesi Penerjemah Masa Kini”, suatu sinergi antara MPM (Masyarakat Penerjemah Malang), Milis Bahtera (Bahasa dan Terjemahan Indonesia) yang merupakan wadah dalam dunia maya bagi para penerjemah, dan HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia). Kembali HPI menorehkan sejarah dengan keberhasilannya membentuk Komisariat Daerah yang ke-2 dalam era Kepengurusan HPI Periode 2010-2013.
Seminar Nasional dengan tema “Profesi Penerjemah Masa Kini” yang merupakan kerja sama tiga wadah profesi ini dihadiri oleh beberapa penerjemah profesional yang sudah berkiprah di bidang penerjemahan yakni anggota MPM, hadir pula Bapak Setyadi Setyapranata, mantan Dosen Mata Pelajaran Penerjemahan Universitas Negeri Malang, Bapak Yahya Alaidrus Pembina Mata Kuliah Penerjemahan Universitas Islam Malang (Unisma) dengan 24 (dua puluh empat) delegasi mahasiswanya, Ibu Iwik Pratiwi, Ketua Program Vokasi Penerjemahan (setara D-3) Universitas Brawijaya bersama dengan 15 (lima belas) delegasi mahasiswanya, Ibu Rahmani Astuti (penerjemah buku untuk berbagai penerbit di Indonesia) dan puluhan anggota HPI dari Jakarta, Bandung, Surabaya, Lampung, Sidoarjo, Pasuruan, Kediri serta masyarakat umum yang mulai tertarik menggeluti dunia penerjemahan.
Acara dimulai tepat pukul 09.00 dengan sambutan dari Ketua Panitia Muhammad Sutarto yang memaparkan usaha yang telah dilakukan, kendala mengumpulkan panitia dari berbagai wilayah di Jawa Timur, dan semangat mewujudkan pelaksanaan Seminar Nasional dan Pembentukan HPI Komda Jawa Timur. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua Umum HPI Pusat Bapak D.Rahadi Notowidigdo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Eddie, yang mengungkapkan penghargaannya atas kerja keras panitia dalam menghadirkan sinergi 3 (tiga) wadah profesi, yakni MPM, Milis Bahtera, dan HPI dalam satu acara yang berbobot dan memberikan manfaat kepada para penerjemah dan calon penerjemah.
Sesi pertama diisi oleh Ibu Anna Wiksmadhara yang membawakan makalah berjudul “Penerjemah Tetap vs. Penerjemah Lepas, Mana yang Paling Diidamkan?”. Di sesi ini, Ibu Anna menjelaskan tentang plus minus bekerja sebagai penerjemah tetap di satu institusi dan sebagai penerjemah lepas yang bekerja di rumah dan melayani beberapa klien sekaligus. Ibu Anna yang bekerja sebagai penerjemah di sebuah perusahaan migas multinasional di Jakarta ini juga menunjukkan slide berisi informasi yang penting mengenai struktur gaji penerjemah tetap pada berbagai industri di Indonesia, kisaran harga per lembar hasil terjemahan untuk berbagai bidang terjemahan, perkiraan honor penerjemah lepas profesional, dan informasi lain yang menarik minat dan perhatian seluruh peserta, baik penerjemah senior maupun para mahasiswa yang memang sedang mencari informasi tentang peluang bekerja sebagai penerjemah.
Di sesi kedua, Pak Eddie yang sudah puluhan tahun menjadi penerjemah dan memiliki banyak klien perusahaan di mancanegara ini membahas tentang cara memasarkan jasa terjemahan di internet agar dapat menjangkau pengguna jasa di mancanegara. Pak Eddie menekankan bahwa di masa kini, menjadi penerjemah yang baik saja tidak cukup. Untuk menjadi sukses dalam arti dapat memperoleh penghasilan sebesar-besarnya dari menerjemah, penerjemah yang baik harus melengkapi dirinya dengan keterampilan menjual jasa terjemahannya, baik kepada pengguna di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu, keterampilan menjual melalui internet mutlak diperlukan. Tanpa keterampilan memasarkan jasa melalui internet, mustahil penerjemah masa kini dapat menjangkau pasar global. Pak Eddie lalu memberikan beberapa kiat memasarkan jasa terjemahan, antara lain dengan membuat website sendiri, mengirim email ke ratusan agen penerjemah, dan bergabung dengan organisasi internasional yang melayani industri terjemahan global. Tidak tanggung-tanggung, Pak Eddie juga memberikan tips bagaimana cara membuat profil diri yang meyakinkan di internet dan memberi penjelasan tentang cara menerima pembayaran dari klien luar negeri agar kita dapat menerima pembayaran dalam mata uang Dollar dan Euro. Informasi ini, terutama yang berkaitan dengan uang dan pembayaran dalam mata uang asing, lagi-lagi berhasil menyedot perhatian seluruh peserta.
Sesi ketiga diisi oleh Mas Arfan Achyar yang membahas tentang CAT (Computer Aided Translation) Tools. Dengan gayanya yang kocak, Mas Arfan menjelaskan pentingnya alat bantu penerjemahan bagi para penerjemah. Pengalaman demi pengalaman diceritakan, kesulitan menerjemahkan tanpa alat bantu, bagaimana ketika kebutuhan akan alat bantu ini mulai timbul, dan bagaimana akhirnya Mas Arfan pada detik-detik terakhir memutuskan untuk membeli alat bantu penerjemahan ini, yang tentunya, harus menguras kocek sampai jutaan rupiah demi efisiensi kinerja Mas Arfan sebagai seorang penerjemah. Pertanyaan demi pertanyaan mulai diajukan oleh para peserta yang ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai alat bantu ini. Sepertinya, masih diperlukan satu hari bagi Mas Arfan untuk melakukan demo alat bantu penerjemahan sehingga dapat memuaskan dahaga para peserta seminar yang memang sangat ingin mengetahui, seperti apa sih cara kerja alat bantu penerjemahan ini. Sepertinya ini akan menjadi proyek pertama HPI Komda Jatim untuk mengadakan pelatihan CAT Tools.
Sebelum menginjak ke acara selanjutnya, Sekretaris HPI, Anna Wiksmadhara, menyampaikan paparannya mengenai Himpunan Penerjemah Indonesia. Paparan disampaikan secara gamblang, bagaimana HPI terbentuk, bagaimana HPI ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman dari para penerjemah senior kepada para penerusnya, bagaimana semangat asah-asih-asuh yang diadopsi dari moto Bahtera diterapkan dalam kegiatan dan program kerja HPI sehingga mampu menghadirkan wadah profesi yang dapat memberikan manfaat nyata kepada para anggotanya. Tidak sia-sia, sebanyak 10 orang penerjemah senior dari berbagai wilayah Jawa Timur langsung menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan HPI. Belum lagi, ada 23 mahasiswa yang sudah mulai melakukan kegiatan penerjemahan buku juga menyatakan keinginannya untuk menjadi anggota muda HPI.
Acara kemudian dilanjutkan dengan rapat pembentukan Komda HPI Jatim dan pemilihan Ketua HPI Komda Jatim. Pembentukan Komda ini berawal dari rembukan pengurus HPI Pusat dengan rekan-rekan HPI di Malang yang kemudian disusul dengan surat tertanggal 7 Oktober, ditandatangani oleh 3 (tiga) orang anggota HPI yang menyatakan keinginan anggota HPI di Jatim untuk membentuk Komisariat Daerah di Jatim.
Dalam rapat HPI dengan agenda khusus Pembentukan Komda Jatim ini, aspirasi tersebut ditegaskan kembali secara aklamasi oleh 19 anggota HPI yang berdomisili di Jawa Timur dan hadir dalam rapat tersebut di hadapan pengurus HPI Pusat yang diwakili antara lain oleh Sofia F. Mansoor, Anggota Dewan Kehormatan, D. Rahadi Notowidigdo, Ketua Umum, Anna Wiksmadhara, Sekretaris, dan Mila Kartina Kamil, Anggota Pengurus. Pada kesempatan tersebut hadir pula Lanny Utoyo, Ketua HPI Komda Jabar, dan beberapa anggota HPI lainnya, di antaranya Arfan Achyar (Jakarta), Ira Susana (Jakarta), Lalita Wahyu Triandari (Bandung), Verawaty Pakpahan (Bandung), Wiwit Tabah Santoso (Lampung), Rudi Atmoko (Kediri), Umi Rohimah (Malang), Meidy Maringka (Surabaya), Ahnan Alex (Pasuruan), Shinta Dammayanti (Mojokerto), Kiki Sidharta (Malang), Sukono (Malang), Imam Mustaqim (Malang), Abdul Mukhid (Malang), Maskuri (Lamongan), Arif Furqon (Malang), Arif Rahkman (Malang), Bayu Diantoro (Malang), Mawar Firdausi (Malang), Ahmad Ridwan Munif (Malang), Anggota Milis Bahtera Rahmani Astuti (Solo), dan beberapa Anggota Muda HPI yang berdomisili di Jawa Timur, yang telah hadir khusus untuk memberikan semangat dan dukungan pembentukan Komda Jatim ini.
Setelah menyaksikan aspirasi tersebut, Ketua Umum HPI meresmikan pembentukan HPI Komda Jatim untuk waktu yang tidak terbatas dan berkedudukan di Malang. Ketua Umum HPI kemudian menyerahkan Surat Keputusan Badan Pengurus HPI/187/X/2011/SK kepada Ketua Panitia dan Piagam kepada Wakil Ketua Panitia.
Acara dilanjutkan dengan Rapat Pertama Komisariat Daerah Jatim dengan agenda tunggal yaitu pemilihan Ketua Komda Jatim. Rapat dipimpin oleh Bapak Sugeng Hariyanto, Ketua MPM, penerjemah lepas yang juga bekerja sebagai Dosen Politeknik Malang, dan dalam rapat ini bertindak sebagai Ketua Sidang. Setelah menghitung jumlah anggota penuh yang hadir, terdapat 19 (Sembilan belas) anggota yang mempunyai hak pilih. Ketua Sidang kemudian menyatakan bahwa rapat sudah memenuhi kuorum dan berwenang untuk mengambil keputusan yang sah.
Dalam sidang diajukan 3 (tiga) calon Ketua yakni Meidy Maringka (Surabaya), Muhammad Sutarto (Malang), dan Ahnan Alex (Pasuruan). Pemilihan Ketua dilakukan dengan cara voting dan menghasilkan angka sebagai berikut: Muhammad Sutarto dengan 13 (tiga belas) suara, Meidy Maringka dengan 5 (lima) suara, Ahnan Alex dengan 1 (satu) suara. Muhammad Sutarto kemudian dinyatakan terpilih secara sah sebagai Ketua HPI Komda Jatim.
Dalam sambutannya, ketua terpilih menyatakan keinginannya untuk mengembangkan profesi penerjemah anggota HPI di Jawa Timur terutama anggota mudanya yang tersebar di seluruh pelosok Jawa Timur. Keinginan ini tentunya sejalan dengan visi dan misi HPI dan sesuai dengan harapan seluruh anggota dan calon anggota HPI yang memang menginginkan adanya kesempatan yang sama dengan para penerjemah lain di kota-kota besar, dalam hal kesempatan untuk mengikuti berbagai pelatihan dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan penerjemahan.
Sementara itu, dalam wejangannya, Ketua Umum HPI mengingatkan pentingnya untuk terus melanjutkan sinergi yang telah terjalin antara MPM, Bahtera dan HPI. Sinergi ini dapat terus dikembangkan sehingga menghasilkan manfaat yang nyata bagi seluruh anggotanya. Pesan berikutnya adalah bahwa pengurus Komda berperan untuk melayani kepentingan Anggota HPI dan kepentingan komunitas penerjemah pada umumnya. Untuk itu anggota pengurus harus memiliki idealisme dan komitmen tinggi untuk menjalankan tugas mereka dengan cara kepemimpinan yang melayani (serving leadership). Ketua Umum HPI juga berharap bahwa pengembangan yang akan dilakukan oleh Komda Jatim akan berjalan sesuai dengan kebijakan HPI yang tertuang dalam visi dan misi HPI.
Wejangan lain juga diberikan oleh anggota Dewan Kehormatan, Ibu Sofia Mansoor yang menekankan pada semangat saling berbagi, dari mereka yang sudah makan asam garam dalam dunia penerjemahan, kepada mereka yang masih merangkak memasuki dunia penerjemahan. Contoh program kerja Komda Jabar juga disampaikan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi bagi pelaksanaan pengembangan profesi penerjemah di Jawa Timur. Harapan dan nasihat lain juga disampaikan dengan lugas penuh asah-asih-asuh, yang kemudian memacu semangat Ketua terpilih Komda Jatim untuk segera menjalankan tugasnya merangkul seluruh penerjemah senior di Jawa Timur dan melakukan pembinaan terhadap anggota muda sehingga pengembangan profesi penerjemah di Jawa Timur secara berkelanjutan dapat segera diwujudkan.
Selesai istirahat shalat dan makan, acara diisi dengan hiburan lagu-lagu pop yang dibawakan oleh grup band mahasiswa Universitas Malang. Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi keempat seminar, yakni sesi terakhir yang diisi oleh Bapak Arif Subiyanto, penerjemah senior buku dan novel yang juga merupakan Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Malang. Bapak Arif Subiyanto membawakan makalah yang berjudul Kiat Menerjemahkan Tanpa Tersandera Naskah Asli. Dengan gaya yang khas, Bapak Arif Subiyanto memaparkan kiat-kiat menerjemahkan yang harus dikuasai oleh penerjemah. Baik penerjemah senior maupun penerjemah pemula. Tersandera naskah asli merupakan kendala terbesar yang dihadapi para penerjemah. Kendala ini yang kemudian diurai satu-per-satu yang kemudian mulai membuka wawasan para peserta seminar. Alhasil, pertanyaan demi pertanyaan kemudian bertubi-tubi diajukan oleh para mahasiswa, termasuk rekan Arfan Achyar, anggota HPI dari Jakarta.
Selain mengikuti seminar dan pemilihan ketua Komda, para peserta juga bisa berbelanja aneka cinderamata khas HPI seperti stiker dan payung cantik serta buku Tersesat Membawa Nikmat dan Menatah Makna yang diterbitkan oleh milis Bahtera. Banyak peserta yang membeli dua buku bagus ini sekaligus. Jangan heran kalau mereka sangat berminat membeli kedua buku ini, karena memang kedua buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para penerjemah anggota milis Bahtera yang mengungkapkan berbagai pengalaman unik mereka sebagai penerjemah.
Sampai acara berakhir, Sekretaris HPI masih kewalahan menanggapi pertanyaan mengenai manfaat menjadi anggota HPI dan menerima permintaan dari para mahasiswa untuk bergabung menjadi anggota HPI.
Selamat kepada Mas Tarto! Selamat menjalankan tugas. Semoga HPI Jawa Timur dapat memberikan manfaat kepada seluruh anggotanya.
Salam,
D. Rahadi Notowidigdo
Ketua Umum HPI
10 comments
bagus sekali informasinya pak, terimakasih
Saya Anto, dari Ternate, Provinsi Maluku Utara. Saya sangat tertarik mau gabung dengan Himpunan ini, karena saya juga mahasiswa baru Jurusan Penerjemah di Universitas Terbuka UPBJJ-UT Ternate. Dan jika Ketua Umum HPI bisa percayakan kepada saya, saya bersedia menjadi pengurus HPI di Maluku Utara. Saya perlu belajar banyak dan mau bergabung, gimana ya caranya? Ini email saya: anto.greendelta@gmail.com, No Hp: 085342557133.
Terima kasih Pak Sihahe atas pengertian dan bantuannya. Saya tunggu informasi lebih lanjut, Pak.
Kabar baik. Apakah HPI cabang Malang sudah mulai membuka pelatihan untuk sertifikasi?
Terima kasih
Buku-buku Tersesat Membawa Nikmat dan Menatah Makna, apakah dijual di toko buku Gramedia atau toko buku lainnya? Tolong info… Thanks.
bagaimana cara gabung d hpi??
ni email sy fikijaber@gmail.com
Silakan simak tulisan berikut ini:
http://www.hpi.or.id/lang/id/keanggotaan
saya ingin gabung di HPIgmn carana. ni email saya aniasmara69@yahoo.com
Cara menjadi anggota: http://www.hpi.or.id/lang/id/keanggotaan
“Tidak ada persyaratan khusus, cukup mendaftar dan mengisi Formulir Keanggotaan HPI” , dimana saya bisa mendapatkan formulirnya mbak??? apakah bisa secara online? trims